Melampaui China

Loading

Oleh: Gungde Ariwangsa SH

Benarkah Indonesia sudah melampaui China dalam jumlah pasien positif  terpapar pandemi virus corona (Covid-19)? Perlukah pertanyaan ini dilontarkan dalam kondisi kasus baru per-hari terus bertambah di Tanah Air? Sebenarnya apa pun jawaban atas pertanyaan itu akan sia-sia mengingat hampir dapat dipastikan dengan memakai ukuran apa pun Indonesia akan melewati China dalam urusan korban Covid-19. 

Sabtu (18/7/2020),  ada dua data yang berbeda dari Worldometers dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang jumlah pasien terpapar Covid-19 di Indonesia dan China. Bila mengacu pada data Worldometers, Indonesia sudah berada di atas China. Namun kalau melihat data WHO, Indonesia masih di bawah China.

Menurut Worldometers, Indonesia sudah mencatat  84.882 orang positif Covid-19. Dengan jumlah ini per hari Sabtu (18/7/2020) berarti Indonesia sudah melampuai China yang jumlah pasien positifnya 83.664. Sedangkan menurut WHO menempatkan Indonesia di bawah China. WHO mencatat di China dari 11 Januari sampai 17 Juli 2020, sudah ada 85.775 pasien positif.

 

Melihat perbedaan angka itu sebenarnya tidak akan berpengaruh besar. Kalau pun data WHO yang dipakai maka dalam hitungan hari Indonesia sudah akan melewati China. Pasalnya, penambahan kasus baru per-hari di Indonesia berada di atas angka 1.000. Sedangkan di China hanya dua digit yang pada Sabtu (18/7/2020) hanya 22 orang.

Jadi ke depan mengingat penambahan masih tinggi di di Tanah Air maka Indonesia akan melampaui China. Karena itu sebagai bahan mawas diri lebih baik sejak dini mengakui data dari Worldometers. Ini agar kita tidak mengalami pukulan dua kali bila nanti WHO juga mengumumkan Indonesia sudah melewati China.

Seharusnya kabar itu  menjadi hal yang mengagetkan dan mengkhawatirkan bila dilihat dari jumlah penduduk dan rentang waktu masuknya virus ganas itu ke Indonesia dan China. Namun saya tidak kaget, bukannya karena tidak prihatin atau berempati terhadap kondisi negara, tetapi karena sudah menduga hal ini akan terjadi bila melihat cara penanganan terhadap Covid-19 sejak diumumkan secara resmi menyerang Indonesia 2 Maret 2020 lalu.

Bila melihat jumlah penduduk dan rentang waktu terpapar Covid-19 seharusnya Indonesia tidak akan melampui China dalam tempo yang secepat ini. Bayangkan, China mempunyai penduduk 1.404.290.000. Kemudian, negara itu paling awal diserang Covid-19 dan bahkan disebut-sebut sebagai tempat munculnya virus ganas mematikan itu sekitar Januari 2020.

Sedangkan Indonesia yang menjadi negara keempat di dunia dalam jumlah penduduk dengan 268.074.600 baru resmi mengakui terkena Covid-19 pada 2 Maret 2020. Ada kurun waktu sekitar dua bulan lebih lambat terserang. Seharusnya hal ini menjadi keuntungan bagi Indonesia dalam mempersiapkan diri menangani dan mengatasi Covid-19. Namun nyatanya tidak.

Nasib Indonesia sekarang hampi sama dengan negara yang jumlah penduduknya besar namun masih di bawah China yakni India dan Amerika Serikat. India dengan penduduk nomor dua di dunia yang berjumlah  1.362.310.000 juga jauh melampuai China dalam urusan terpapar Covid-19. Negeri anak benua Asia ini sudah mencatat 1.038.716 penderita Covid-19.

AS lebih parah lagi. Dengan penduduk nomor tiga terbesar di dunia, 333.692.000 orang, AS paling para dalam korban Covid-19. Negeri Paman Sam menjadi negara nomor satu terbanyak terpapar dengan 3.677.453 positif.  Setelah AS menyusul Brasil  dengan 2.064.328 dan baru India.

Untuk tingkat dunia, Indonesia menempati posisi ke-25 negara terpapar Covid-19. . Indonesia berada di bawah  Amerika Serikat (positif 3.677.453),  Brasil 2.064.328,  India 1.038.716,  Rusia 765.437,   Peru 345.537,  Afrika Selatan 337.594,  Meksiko, 331.298,  Chili 326.539,  Britania Raya 294.803, Iran 269.440, Pakistan 261.917,  Spanyol 260.255,  Arab Saudi 245.851,  Italia 243.967, Turki 217.799, Bangladesh 202.066, Jerman 201.372,  Kolombia 182.140, Prancis 173.304, Argentina 119.288, Kanada 109.667, Qatar 105.898, Irak 88.171, dan Mesir 86.474.

Sedangkan untuk Asia Indonesia berada di nomor delapan. Indonesia di bawah India, Iran, Pakistan,  Arab Saudi, Bangladesh, Qatar, dan Irak. Bila penambahan kasus baru masih tetap tinggi Indonesia bisa mendekati atau melampaui Irak yang mencatat  88.171 positif.

Untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia sudah menjadi yang tertinggi. Berada di atas Filipina dengan 65.304 pasien positif,  Singapura 47.655, Malaysia 8.764, Thailand 3.239, Vietnam 381, Kamboja 171, Brunei Darussalam 141, Timor-Leste 24 dan Laos 19.

Terpapar jelas bagaimana posisi Indonesia yang semula mengaku tidak akan tersentuh oleh Covid-19. Kenyataan menunjukkan seluruh 34 provinsi di Indonesia sudah terpapar. Kemudian kabupaten/kota yang tersusupi sudah mencapai 464.

Masih masifnya penambahan kasus baru di Indonesia menunjukkan langkah yang ditempuh selama lima bulan ini belumlah maksimal. Kondisi yang ada saat ini sudah seharusnya dipakai oleh semua pihak baik pemerintah pusat, pemerintah daerah dan seluruh masyarakat untuk bercermin. Sudahkah kita semua melakukan langkah yang tepat dalam menangani Covid-19?

Dengan hilangnya waktu lima bulan tanpa hasil penurunan korban pandemi bisa dipandang perlu pemerintah melaklukan perobahan kebijakan yang lenbih ekstrem dengan memberlakukan aturan yang ketat. Namun rasanya itu tidak akan mungkin ditempuh karena akan makin membuat hancur ekonomi. Kini pemerintah sudah berada di posisi maju kena mundur kena.

Karena itu kesadaran dari kita sebagai masyarakat yang amat dibutuhkan untuk disiplin ketat menempuh protokol kesehatan. Mulai dari terus memakai masker kapan pun dan di mana pun serta bersama siapa pun. Kemudian menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan. Tidak lupa pula dengan terus menjaga jarak aman.

Hanya kesadaran dari diri kita masing-masinglah yang akan mampu menyelamatkan diri kita, keluarga kita,  tetangga kita, sabahat kita dan bangsa kita. Rakyatlah yang harus bergeraj untuk menyelamatkan bangsa ini.

Sementara pemerintah biarlah mengatur dana yang sudah duisetujui untuk penanganan pemulihan akibat pandemi. Biarkan pula pemerintah melangkah dalam programnya yang sampai saat ini tidak diketahui kemana akan mengarah. Yang terdengar baru pengumuman jumlah korban terpapar, sembuh dan meninggal. Kemudian imbauan antara gerak cepat, alon-alon dan anjuran gas dan rem. Tidak ketinggalan gertak dan marah-marah.

Tidak pula terlihat ada kesatuan langkah yang konkrit dan nyata. Pusat dan daerah masih berbeda-beda. Daerah satu dengan yang lain juga berbeda-beda.

Sementara itu pencarian penangkal virus corna juga timbul tenggelam. Dulu sempat diumumkan sudah ditemukan racikan untuk mengatasi Covid-19 namun hilang tenggelam. Kemudian ada kalung anti corona juga hilang dan ditertawakan. Mendatangkan obat dan herbal dari luar negeri juga pernah dilakukan namun itu juga lenyap dan senyap.

Tidaklah salah bila kita sebagai rakyat harus banyak tertawa dalam menghadapi perkembangan ini. Tertawa untuk menghibur diri agar tidak stress akibat belum adanya perkembangan signifikan dalam percepatan penanganan Covid-19 ini. Tertawa untuk menghibur diri atas makin sulitnya hidup yang sudah terjadi sebelum adanya pandemi.  Tertawa melihat sandiwara  lakon dan pemainnya memalukan.  ***

  • Gungde Ariwangsa SH – wartawan suarakarya.id, pemegang Kartu UKW Utama, Ketua Siwo PWI Pusat.

Daeng Supriyanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Kisah Nelson Kena Fetakompli Mike Tyson untuk Jadi Lawannya

Ming Jul 19 , 2020
  Petinju Johny Nelson dan Mike Tyson di London, 2000. (Twitter/SkySportsBoxing)  Jakarta,(detiknews.tv)  – Juara kelas penjelajah WBO, Johnny Nelson, pernah kena fait accompli Mike Tyson. Mantan juara dunia kelas berat itu tiba-tiba menyebut bahwa Nelson bakal menjadi lawannya. Ceritanya Pada 2000, Mike Tyson mengikat kontrak 3 pertandingan dengan promotor Frank Warren. Dua calon lawan sudah diperoleh yakni Julius Francis dan […]

Kategori Berita

BOX REDAKSI