Fragmentasi Tata Kelola Sepak Bola Mini Dunia dan Implikasinya di Indonesia

Loading

Opini oleh : Daeng Supri Yanto SH MH

Fenomena sepak bola mini dunia memperlihatkan lanskap tata kelola yang terfragmentasi, sebuah anomali dalam dunia olahraga global. Ketiadaan payung tunggal seperti FIFA atau IOC telah memicu proliferasi federasi-federasi independen, masing-masing dengan format dan visi sendiri. IMF (format 6×6), WFM (format 7×7), dan AMFC adalah contoh nyata dari diversifikasi ini. Belum lagi komunitas street football 5×5 yang tumbuh organik di luar struktur formal.

Situasi ini menciptakan ambiguitas otoritas di tingkat benua. Asia, khususnya, mengalami “triple-isme” dengan tiga jalur berbeda yang dikelola oleh IMF, WFM, dan AMFC. Kompleksitas global ini tercermin di Indonesia, di mana KSMI (dengan dukungan KONI) menjadi kekuatan dominan secara nasional. Namun, FSMI, komunitas street 5×5, dan kelompok daerah seperti Buay Tabek memiliki afiliasi yang berbeda-beda ke IMF, WFM, atau AMFC sesuai dengan preferensi masing-masing.

Implikasi dari fragmentasi ini sangat signifikan. Pertama, kurangnya standarisasi aturan dan regulasi menghambat pengembangan sepak bola mini secara global. Kedua, persaingan antar federasi menciptakan disinsentif untuk kolaborasi dan sinergi. Ketiga, atlet dan pelatih seringkali dihadapkan pada pilihan sulit dalam memilih jalur karier mereka.

Di Indonesia, fragmentasi ini dapat menghambat potensi sepak bola mini sebagai olahraga populer dan inklusif. KSMI, sebagai organisasi yang paling kuat, memiliki tanggung jawab untuk memfasilitasi dialog dan koordinasi dengan kelompok-kelompok lain. Pemerintah dan KONI juga perlu berperan aktif dalam menciptakan kerangka kerja yang jelas dan mendukung pengembangan sepak bola mini secara berkelanjutan.

Sebagai penutup, fragmentasi tata kelola sepak bola mini dunia adalah tantangan yang kompleks tetapi bukan tanpa solusi. Dengan kemauan politik, dialog terbuka, dan komitmen untuk kepentingan terbaik olahraga, sepak bola mini dapat mencapai potensi penuhnya sebagai kekuatan positif dalam masyarakat.

Daeng Supriyanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Kajian Hukum KSMI Pusat terhadap Potensi Pelanggaran FSMI terhadap Presiden AMFC/Ketum KSMI/Presiden MFA

Sel Nov 18 , 2025
Oleh : Daeng Supri Yanto SH MH Pengurus KSMI SUMSEL Pendahuluan Berdasarkan berita yang dirilis pada 16 November 2025, Indonesia menjadi tuan rumah Asian Champions League (ACL) 2025 yang diselenggarakan oleh AMNC dan FSMI. Ketua Umum KSMI, Dr. Ir. Yan Mulia Abidin, juga telah ditunjuk sebagai Presiden MFA oleh IMF. […]

Kategori Berita

BOX REDAKSI