

Opini oleh Daeng Supri Yanto SH MH Kabid Humas KONI Sumsel
Dalam lanskap olahraga Indonesia, Kejuaraan Nasional (Kejurnas) seharusnya menjelma sebagai episentrum konsolidasi dan evaluasi sistematis bagi pembinaan atlet. Namun, narasi yang terungkap mengindikasikan sebuah paradoks yang mencoreng esensi fundamental dari perhelatan tersebut. Ketidakhadiran pihak-pihak yang memiliki otoritas dan tanggung jawab dalam pengembangan olahraga nasional, khususnya panahan, menciptakan sebuah ironi yang mendalam.
Kejurnas, yang seharusnya menjadi “rumah bersama” bagi para atlet dan pemangku kepentingan, justru terasa sunyi dan hampa. Absennya representasi yang signifikan dari pihak yang berwenang mengindikasikan adanya disfungsi dalam mekanisme pembinaan yang terstruktur. Fenomena ini memunculkan pertanyaan mendasar mengenai komitmen terhadap pengembangan olahraga di tingkat akar rumput.
Prioritas yang tampak bias terhadap partisipasi dalam ajang internasional, sementara mengabaikan agenda nasional, mencerminkan sebuah visi yang terfragmentasi. Kehadiran di kancah internasional memang penting untuk eksposur dan benchmarking, tetapi fondasi yang kokoh harus dibangun di dalam negeri. Tanpa dukungan dan evaluasi yang memadai di tingkat nasional, prestasi di arena internasional akan sulit diraih secara berkelanjutan.
Ketidakhadiran ini bukan hanya sekadar masalah logistik atau jadwal yang bentrok. Ini adalah manifestasi dari kurangnya apresiasi terhadap nilai strategis Kejurnas sebagai platform untuk mengidentifikasi bakat-bakat potensial, memberikan umpan balik konstruktif, dan memupuk semangat persatuan di antara berbagai daerah. Kekecewaan yang dirasakan oleh para atlet dan pelatih adalah cerminan dari rasa tidak dianggap dan terpinggirkan dalam ekosistem olahraga yang seharusnya inklusif.
Oleh karena itu, perlu adanya refleksi mendalam mengenai paradigma pembinaan olahraga yang selama ini dianut. Kejurnas harus direvitalisasi sebagai ajang yang benar-benar representatif dan relevan, di mana kehadiran dan partisipasi aktif dari semua pihak yang berkepentingan menjadi sebuah keniscayaan. Hanya dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa pembinaan prestasi olahraga Indonesia tidak terjebak dalam stagnasi, melainkan terus berkembang dan berdaya saing di tingkat global.
Semoga opini ini sesuai dengan harapan Anda. Jika ada yang ingin disesuaikan, silakan beritahu saya.





