Prestasi, Penghargaan, dan Identitas Bangsa: Memahami Kebijakan Presiden Prabowo dan Target Kemenpora di SEA Games 2025″

Loading

Opini Daeng Supriyanto SH MH

Kabid Humas KONI Sumsel

Di tengah kegembiraan persiapan kontingen Indonesia menuju SEA Games 2025 di Thailand, dua kebijakan yang mencolok telah muncul sebagai titik fokus perhatian publik dan kalangan intelektual, keputusan Presiden Prabowo Subianto untuk memberikan bonus sebesar 1 milyar rupiah kepada setiap atlet yang meraih medali emas, serta target ambisius perolehan 80 medali emas yang ditetapkan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Kedua kebijakan ini tidak hanya menjadi momentum semangat bagi para atlet, tetapi juga memunculkan serangkaian pertimbangan intelektual mengenai dinamika motivasi, investasi dalam olahraga, dan dampak sosial budaya prestasi olahraga terhadap identitas bangsa.

Pertama-tama, keputusan peningkatan bonus menjadi dua kali lipat dari sebelumnya (dari 500 juta rupiah) tidak dapat dilihat sebagai tindakan semata-mata yang bersifat materiil. Dalam kerangka teori motivasi, bonus ini dapat dilihat sebagai bentuk “insentif ekstrinsik” yang memiliki potensi untuk memperkuat “motivasi intrinsik” para atlet. Menurut teori self-determination dari Deci dan Ryan, insentif yang diberikan secara tepat dapat meningkatkan rasa kompetensi dan otonomi individu, yang pada gilirannya memperkuat hasrat dalam mengejar tujuan. Dalam konteks ini, bonus 1 milyar rupiah bukan hanya sebagai hadiah material, tetapi juga sebagai bentuk penghargaan negara yang mencerminkan apresiasi terhadap upaya, ketekunan, dan keunggulan yang dicapai oleh para atlet. Ini adalah pernyataan bahwa prestasi olahraga bukanlah sesuatu yang diabaikan, melainkan sesuatu yang layak mendapatkan pengakuan dan dukungan yang nyata dari negara.

Namun, di sisi lain, muncul pertanyaan apakah bonus sebesar itu dapat menimbulkan dampak negatif, seperti mengubah fokus para atlet dari prestasi itu sendiri ke pada pencarian uang. Beberapa ahli olahraga berpendapat bahwa terlalu banyak penekanan pada insentif ekstrinsik dapat merusak motivasi intrinsik, membuat atlet lebih mementingkan hasil daripada proses pembelajaran dan pengembangan diri. Namun, dalam konteks Indonesia yang sedang berusaha meningkatkan prestasi olahraga di kancah regional dan internasional, bonus ini dapat dilihat sebagai investasi jangka pendek yang diperlukan untuk menarik lebih banyak orang untuk terlibat dalam olahraga secara profesional. Dengan melihat bahwa bonus untuk medali emas Olimpiade juga sebesar 1 milyar rupiah (diberikan oleh kelompok usaha), keputusan Presiden Prabowo untuk menyamakan bonus SEA Games dengan Olimpiade adalah langkah yang cerdas untuk menekankan bahwa SEA Games adalah ajang yang sama pentingnya sebagai pijakan menuju prestasi yang lebih besar di level global.

Selanjutnya, target perolehan 80 medali emas yang ditetapkan oleh Kemenpora adalah cerminan dari kepercayaan diri dan ambisi bangsa untuk menjadi kekuatan olahraga di Asia Tenggara. Tim Review SEA Games 2025 telah menyatakan optimisme bahwa target ini dapat tercapai bahkan terlampaui, berdasar pada proses seleksi ketat terhadap atlet dan cabang olahraga yang akan diikutkan. Dalam kerangka analisis strategis, target ini tidak hanya berbasis pada potensi atlet, tetapi juga pada penilaian realistis terhadap kekuatan pesaing dan peluang di setiap cabang olahraga. Misalnya, kontingen Indonesia menaruh harapan besar pada cabang renang dengan target 5 medali emas, yang didasarkan pada prestasi masa lalu dan persiapan matang yang dilakukan oleh tim pelatih dan atlet.

Namun, target yang tinggi juga menimbulkan tantangan tersendiri. Dalam teori manajemen tujuan, target yang terlalu tinggi dapat menyebabkan tekanan yang berlebihan pada individu, yang pada gilirannya menurunkan kinerja. Oleh karena itu, sangat penting bagi Kemenpora dan semua stakeholder untuk memastikan bahwa target 80 emas tidak hanya menjadi angka yang diucapkan, tetapi juga didukung oleh dukungan yang memadai dalam bentuk fasilitas latihan, pelatihan pelatih, dan program pengembangan atlet jangka panjang. Ini adalah bagian dari “kebijakan olahraga nasional” yang holistik, yang tidak hanya berfokus pada prestasi jangka pendek, tetapi juga pada pembangunan infrastruktur dan kapasitas olahraga di negara ini.

Selain itu, prestasi olahraga yang gemilang di SEA Games tidak hanya memiliki dampak pada bidang olahraga itu sendiri, tetapi juga pada sosial budaya dan ekonomi negara. Prestasi atlet dapat meningkatkan rasa kebanggaan nasional, memperkuat identitas bangsa, dan menciptakan ikatan sosial yang lebih erat di antara warga negara. Dalam konteks globalisasi, prestasi olahraga juga menjadi cara bagi negara untuk mempromosikan citra diri di kancah internasional, menarik investasi, dan meningkatkan pariwisata. Oleh karena itu, bonus dan target yang ditetapkan oleh pemerintah adalah bagian dari upaya yang lebih luas untuk memanfaatkan potensi olahraga sebagai alat pembangunan nasional.

Namun, kita juga harus menyadari bahwa prestasi olahraga tidak boleh menjadi satu-satunya ukuran keberhasilan negara. Ada banyak aspek lain yang sama pentingnya, seperti pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, kebijakan yang diambil dalam bidang olahraga harus seimbang dengan kebijakan di bidang lain, dan tidak boleh menyebabkan pengalokan sumber daya yang tidak seimbang. Ini adalah pertimbangan intelektual yang penting, yang menuntut kita untuk memandang masalah dengan sudut pandang yang lebih luas dan holistik.

Kesimpulannya, keputusan Presiden Prabowo Subianto untuk memberikan bonus 1 milyar rupiah kepada atlet peraih emas dan target 80 emas yang ditetapkan oleh Kemenpora adalah dua kebijakan yang memiliki arti penting dalam perkembangan olahraga Indonesia. Kedua kebijakan ini tidak hanya menjadi motivasi bagi para atlet, tetapi juga memunculkan serangkaian pertimbangan intelektual mengenai dinamika motivasi, investasi dalam olahraga, dan dampak sosial budaya prestasi olahraga terhadap identitas bangsa. Untuk mencapai target yang diinginkan, diperlukan kerja sama yang erat antara pemerintah, masyarakat, dan semua stakeholder, serta pemahaman yang mendalam tentang pentingnya seimbang antara prestasi jangka pendek dan pembangunan jangka panjang. Dengan demikian, SEA Games 2025 tidak hanya menjadi ajang untuk meraih medali, tetapi juga menjadi momentum untuk membangun olahraga Indonesia yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Daeng Supriyanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Sebuah Visi Ambisius: Antara Potensi Transformasi Olahraga Nasional dan Tantangan Keberlanjutan di Balik Rencana Pusat Olahraga 500 Hektare

Jum Des 5 , 2025
Opini Daeng Supriyanto SH MH Kabid Humas KONI Sumsel Berikut adalah opini dengan narasi yang panjang dan penuh dengan kalimat intektual menanggapi rencana Presiden Prabowo Subianto membangun pusat olahraga besar seluas 500 hektare: Pada hari Jumat (5/12/2025), dalam acara pelepasan atlet kontingen Indonesia menuju SEA Games 2025 di Istana Negara, […]

Kategori Berita

BOX REDAKSI