Lampaui Batas ASEAN: SEA Games Plus yang Akan Datang di Filipina 2028

Loading

Opini Daeng Supriyanto SH MH CMS.P

Kabid Organisasi Pordasi Sumatera Selatan

Di ruang lingkup dinamika olahraga regional yang terus berevolusi, tepatnya di kantor Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Jakarta pada Rabu (24/12), muncul wacana yang mengusung paradigma baru dalam kerja sama olahraga Asia Tenggara dan wilayah sekitarnya. Ketua KOI Raja Sapta Oktohari – yang lebih dikenal sebagai Okto – mengumumkan bahwa Indonesia telah mengambil inisiatif untuk membentuk “SEA Games Plus” yang akan diadakan di Filipina pada 2028, memperluas cakupan dari 11 negara ASEAN ke negara-negara non-ASEAN seperti Bhutan dan negara-negara dari Oceania. Pernyataan ini bukan sekadar pengumuman tentang perubahan jumlah peserta, melainkan merupakan upaya yang mendalam untuk menciptakan ruang kompetisi yang lebih inklusif, yang membawa implikasi yang luas terhadap identitas regional, kerja sama internasional, dan peran olahraga sebagai alat integrasi sosial dan politik.

Pertama-tama, kita harus memahami bahwa konsep “SEA Plus” adalah refleksi dari pergeseran paradigma dalam pemahaman tentang ruang regional. ASEAN selama ini telah berfungsi sebagai kerangka identitas dan kerja sama di Asia Tenggara, tetapi inisiasi ini menunjukkan bahwa batasan regional tidak lagi menjadi halangan untuk kolaborasi olahraga. Penambahan Bhutan – sebuah negara yang memiliki hubungan sejarah dan budaya yang unik dengan kawasan meskipun bukan anggota ASEAN – dan negara-negara Oceania – yang memiliki tradisi olahraga yang kuat di bidang seperti renang, atletik, dan sepak bola laut – menciptakan “kaukus baru” yang melampaui batasan geografis tradisional. Ini adalah wujud dari apa yang dapat disebut sebagai “regionalisme fleksibel” – di mana kerjasama dibangun berdasarkan kesamaan tujuan daripada hanya berdasarkan keanggotaan organisasi politik. Dalam konteks ini, olahraga berperan sebagai jembatan yang memungkinkan pertukaran budaya, pengetahuan, dan keahlian antarnegara yang memiliki latar belakang yang berbeda, tanpa mengorbankan identitas masing-masing.

Selanjutnya, peran Indonesia sebagai inisiator SEA Games Plus harus dilihat dalam konteks posisi negara tersebut sebagai aktor kunci di dunia olahraga regional dan global. Sebagai negara yang telah menyelenggarakan SEA Games pada tahun 2011 dan Asian Games pada tahun 2018, Indonesia memiliki pengalaman dan kapasitas untuk memimpin inisiasi semacam ini. Namun, inisiasi ini juga merupakan pernyataan politik yang halus tentang keinginan Indonesia untuk memperkuat pengaruhnya di kawasan dan membangun citra sebagai negara yang proaktif dalam mempromosikan integrasi regional. Dalam jumpa pers di Jakarta, Okto menyatakan bahwa “kami berkomunikasi dengan beberapa negara” – frasa yang menunjukkan bahwa inisiasi ini tidak dilakukan secara sendirian, melainkan melalui proses kolaboratif yang menghormati kepentingan dan keinginan negara-negara lain. Hal ini penting karena ia memastikan bahwa SEA Games Plus tidak akan menjadi alat untuk dominasi satu negara, melainkan platform untuk kerja sama yang sama rata.

Tegasan Okto bahwa SEA Games Plus akan melibatkan “bukan hanya 11 negara, tapi akan ditambah oleh Bhutan dan negara-negara Oceania” juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana acara ini akan mempertahankan identitas yang khas dari SEA Games semasa lalu. SEA Games selama ini telah menjadi simbol kerja sama olahraga ASEAN, dengan acara yang disesuaikan dengan keahlian dan budaya negara-negara anggota. Dengan menambahkan negara-negara non-ASEAN, ada risiko bahwa acara ini akan kehilangan keunikan regionalnya dan menjadi semacam “mini Asian Games” atau “Oceania Games” yang tidak memiliki identitas sendiri. Namun, ini juga merupakan kesempatan untuk menciptakan acara yang lebih beragam dan mendorong perkembangan olahraga di bidang-bidang yang mungkin kurang mendapatkan perhatian di SEA Games tradisional. Misalnya, negara-negara Oceania dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam cabang olahraga yang membutuhkan keahlian di air atau di medan terbuka, sementara Bhutan dapat mempromosikan cabang olahraga yang terkait dengan budaya dan spiritualitasnya. Oleh karena itu, kunci keberhasilan SEA Games Plus terletak pada kemampuan organisator untuk menemukan keseimbangan antara memperluas cakupan acara dan mempertahankan nilai-nilai serta identitas yang telah menjadi ciri khas SEA Games.

Di sisi lain, kita juga harus mempertimbangkan tantangan yang akan dihadapi dalam mengimplementasikan konsep SEA Games Plus. Salah satu tantangan utama adalah masalah logistik dan keuangan. Acara olahraga skala besar yang melibatkan negara-negara dari berbagai kawasan membutuhkan perencanaan yang cermat, termasuk penyediaan fasilitas, transportasi, akomodasi, dan dukungan medis. Negara penyelenggara – Filipina – akan menghadapi tantangan besar dalam menyiapkan semua hal ini, terutama jika jumlah negara peserta dan cabang olahraga meningkat secara signifikan. Selain itu, ada masalah tentang bagaimana biaya acara akan dibagi antara negara-negara peserta dan organisator. Ini membutuhkan kerja sama yang erat antara komite olahraga masing-masing negara dan organisasi penyelenggara untuk menemukan solusi yang adil dan berkelanjutan. Tantangan lain adalah masalah standar kompetisi. Negara-negara yang berbeda memiliki tingkat kemampuan atlet yang berbeda, dan penting untuk memastikan bahwa acara ini tetap kompetitif tetapi juga adil bagi semua peserta. Hal ini dapat dicapai melalui penerapan aturan dan peraturan yang konsisten, serta melalui program pelatihan dan pembinaan yang diberikan kepada atlet dari negara-negara yang memiliki kapasitas yang lebih terbatas.

Selain itu, kita perlu mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi dari SEA Games Plus. Acara olahraga skala besar seperti ini dapat memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi negara penyelenggara dan negara-negara peserta, seperti peningkatan pariwisata, penciptaan lapangan kerja, dan pengembangan infrastruktur. Namun, acara ini juga dapat menimbulkan beban ekonomi yang besar dan membutuhkan perencanaan yang cermat untuk memastikan bahwa manfaat yang diperoleh melebihi biaya yang dikeluarkan. Dalam konteks sosial, SEA Games Plus dapat menjadi kesempatan untuk mempromosikan nilai-nilai seperti keadilan, persahabatan, dan saling hormat antarnegara, serta mendorong partisipasi masyarakat dalam olahraga. Hal ini dapat berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang lebih sehat, aktif, dan harmonis. Selain itu, acara ini juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang masalah-masalah global seperti perubahan iklim dan ketidaksetaraan, dan mempromosikan upaya untuk mengatasi masalah-masalah ini melalui olahraga.

Kita juga tidak boleh melupakan tentang konteks global olahraga, di mana acara regional seperti SEA Games memainkan peran penting dalam mempersiapkan atlet untuk berpartisipasi dalam acara internasional seperti Olimpiade. SEA Games Plus, dengan jumlah negara peserta yang lebih banyak dan tingkat kompetisi yang lebih tinggi, dapat memberikan peluang yang lebih baik bagi atlet untuk mengembangkan kemampuan mereka dan bersaing pada tingkat yang lebih tinggi. Hal ini tidak hanya menguntungkan atlet secara individu, tetapi juga meningkatkan prestasi negara di tingkat internasional dan mempromosikan olahraga sebagai bagian dari identitas nasional. Dalam konteks ini, peran KOI sebagai lembaga yang mengkoordinasikan olahraga nasional menjadi sangat penting dalam memastikan bahwa Indonesia dapat memanfaatkan kesempatan yang ditawarkan oleh SEA Games Plus dan berkontribusi pada perkembangan olahraga di tingkat regional dan global.

Sebagai kesimpulan, inisiasi SEA Games Plus oleh Indonesia adalah langkah yang penting dan berani dalam perkembangan olahraga regional Asia Tenggara. Pernyataan Okto di Jakarta menandai awal dari sebuah proses yang akan mengubah peta kompetisi olahraga regional dan membangun jaringan antarnegara yang lebih luas. Meskipun terdapat tantangan yang perlu diatasi – baik dalam hal logistik, keuangan, maupun pemeliharaan identitas regional – konsep ini memiliki potensi besar untuk mempromosikan kerja sama, keragaman, dan perkembangan olahraga di kawasan Asia Tenggara dan wilayah sekitarnya. Ini adalah bukti dari kekuatan olahraga sebagai alat integrasi sosial dan politik, yang dapat membangun jembatan antarnegara dan mempromosikan nilai-nilai yang berharga bagi masyarakat global. Hanya dengan cara ini kita dapat menciptakan acara olahraga yang tidak hanya kompetitif tetapi juga bermakna, dan yang berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan harmonis untuk masa depan.

Daeng Supriyanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Rp 6,6 Triliun di Depan Mata: Jakarta Saksikan Penyelamatan Hutan dan Uang Negara

Kam Des 25 , 2025
Opini Daeng Supriyanto SH MH CMS.P Advokat Di tengah suasana yang penuh signifikansi di Kompleks Kejaksaan Agung Jakarta pada Rabu (24/12/2025), muncul wacana yang menggabungkan dimensi keuangan, lingkungan, dan kedaulatan negara dalam satu panggung yang kuat. Sebelum konferensi pers Kegiatan Satuan Tugas Penertiban Kawasan Hutan (Satgas PKH) dan Penyerahan Hasil […]

Kategori Berita

BOX REDAKSI