Detiknews.tv – Palembang | Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang kembali mencetak doktor di bidang Peradaban Islam. Kali ini, giliran M. Saiyid Mahadhir yang sukses mempertahankan disertasinya berjudul “Difusi Inovasi Ngaji Lagu pada Masyarakat Ogan Ilir Sumatera Selatan” dalam sidang terbuka promosi doktor pada Selasa, 21 Oktober 2025.
Sidang dipimpin oleh Prof. Dr. Hamidah, M.Ag, dengan Prof. Dr. Abdullah Idi, M.Ed sebagai promotor dan Dr. Muhammad Noupal, M.A sebagai co-promotor. Tim penguji terdiri dari sejumlah akademisi terkemuka, di antaranya Prof. Dr. Izomiddin, M.A, Prof. Dr. Muhajirin, M.Ag, Prof. Dr. Muhammad Adil, M.A, dan Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al Munawar, M.A.
Dalam disertasinya, Saiyid melahirkan teori baru bernama CReToN (Culture Resonance Theory of Nagham), yang menjadi tonggak penting dalam kajian budaya Islam lokal.
Teori CReToN yang diperkenalkan Saiyid mengkaji bagaimana Ngaji Lagu (nagham al-Qur’an) tidak sekadar bentuk seni membaca Al-Qur’an, tetapi juga sebagai medium yang beresonansi dengan nilai-nilai budaya, sosial, dan spiritual masyarakat.
“Ngaji lagu di Ogan Ilir adalah pintu utama penyebaran keilmuan dan tradisi Islam Melayu. Meski tajwid belum sempurna, masyarakat tetap menjunjung tinggi belagu sebagai ekspresi religius yang menyatu dalam jiwa mereka,” ujar Saiyid dalam pidato promosi doktornya.
Menurut Saiyid, ngaji lagu tidak hanya memperindah bacaan Al-Qur’an, tetapi juga memainkan peran penting sebagai alat dakwah berbasis seni, simbol religiusitas, dan peneguh identitas keislaman masyarakat Melayu.
Penelitian Saiyid dilakukan di empat kecamatan di Kabupaten Ogan Ilir: Indralaya Induk, Indralaya Utara, Indralaya Selatan, dan Tanjung Batu. Ia menggabungkan pendekatan historis, etnografis, dan komunikasi, serta menggali data melalui buku, arsip, dokumentasi, dan wawancara mendalam dengan para kiai, guru ngaji, dan tokoh masyarakat.
Hasil penelitiannya merekomendasikan strategi bagi para difusor atau penyebar Ngaji Lagu agar mampu menyesuaikan metode dakwah dengan saluran komunikasi, fase penerimaan inovasi, dan dinamika sosial masyarakat.
Tak berhenti di ruang akademik, Saiyid bersama adiknya, Anas Roiyan (Co-Founder Ngajee), serta dua sahabatnya Ahmad Huwazi dan Ahmad Mizuar, sedang membangun “Kampung Ngajee” — sebuah gerakan berbasis komunitas yang berfokus pada pembelajaran Al-Qur’an dan keislaman berbasis budaya Melayu.
Kampung Ngajee dirancang sebagai ruang belajar inklusif yang menekankan tajwid, irama, makna spiritual, dan konteks budaya lokal.
“CReToN bukan hanya teori, tapi gerakan nyata. Kami ingin menjadikan ngaji lagu sebagai budaya yang menyatukan ilmu, seni, dan spiritualitas,” jelas Saiyid.
Salah satu peserta sidang, Khuazi, mengaku terinspirasi oleh gagasan Saiyid.
“Ini bukan sekadar disertasi, tapi refleksi cinta terhadap Al-Qur’an dan budaya lokal. Teori CReToN membuka cakrawala baru dalam pelestarian Islam Melayu yang adaptif,” ujarnya.
Dengan kelulusannya, M. Saiyid Mahadhir resmi menyandang gelar Doktor Peradaban Islam, sekaligus menambah deretan intelektual muda dari Sumatera Selatan yang membawa semangat inovatif dalam studi keislaman.
Melalui Ngaji Lagu, Teori CReToN, dan gerakan Kampung Ngajee, M. Saiyid Mahadhir mempertegas bahwa kebudayaan Islam lokal bukan untuk dilestarikan dalam museum, tetapi untuk dihidupkan dan dikembangkan sebagai bagian dari dakwah yang kontekstual dan membumi.
Langkah Saiyid adalah bukti nyata bahwa inovasi dalam tradisi bisa menjadi fondasi peradaban Islam masa depan.(Yulia).