![]()

Opini Daeng Supriyanto SH MH
Pengamat Geopolitik Global
Di tengah kacau balau geopolitik global yang semakin memanas, muncul diskursus yang provokatif namun penuh dengan makna intelektual: gagasan tentang “menghancurkan tekanan Barat” dan kebutuhan Indonesia untuk bersatu dengan negara-negara Eurasia. Sebelum menyelami ke dalam inti gagasan ini, kita perlu memahami bahwa istilah “tekanan Barat” bukanlah konsep yang monolitik atau homogen. Ia meliputi spektrum luas dari tekanan ekonomi, politik, hingga sosial-budaya yang berasal dari berbagai negara dan entitas di kawasan Barat, yang masing-masing memiliki kepentingan dan agenda yang berbeda. Demikian pula, negara-negara Eurasia adalah kelompok yang beragam, dengan perbedaan budaya, sejarah, politik, dan ekonomi yang signifikan. Oleh karena itu, diskursus ini harus dipahami sebagai upaya untuk mengeksplorasi kemungkinan hubungan dan strategi yang lebih luas, bukan sebagai panggilan untuk melakukan tindakan yang ekstrem atau memihak secara sepihak.
Pertama-tama, mari kita tinjau dimensi ekonomi dari tekanan Barat terhadap Indonesia. Sejak kemerdekaan, Indonesia telah berusaha membangun perekonomian yang mandiri dan berdaya saing. Namun, dalam prosesnya, negara ini telah menghadapi berbagai tantangan dan hambatan yang berasal dari luar negeri, terutama dari negara-negara Barat. Salah satu contoh yang paling jelas adalah kebijakan perlindungan perdagangan yang diterapkan oleh beberapa negara Barat, yang seringkali membatasi akses ekspor Indonesia ke pasar mereka. Hal ini telah menyebabkan ketidakseimbangan perdagangan yang signifikan dan telah memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, Indonesia juga telah menghadapi tekanan untuk mengikuti standar dan peraturan ekonomi yang ditetapkan oleh negara-negara Barat, yang terkadang tidak selaras dengan kondisi dan kebutuhan negara ini. Hal ini telah menyebabkan biaya yang tinggi untuk Indonesia dan telah membatasi kebebasan negaranya untuk mengembangkan kebijakan ekonomi yang sesuai dengan kepentingan nasionalnya.
Di sisi lain, kerja sama ekonomi dengan negara-negara Eurasia menawarkan potensi yang besar bagi Indonesia. Eurasia adalah kawasan yang luas dan beragam, dengan sumber daya alam yang melimpah, pasar yang besar, dan potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan berkolaborasi dengan negara-negara Eurasia, Indonesia dapat memperluas akses pasarnya, mendapatkan akses ke sumber daya alam yang dibutuhkan, dan mempelajari teknologi dan keahlian dari negara-negara tersebut. Selain itu, kerja sama ekonomi dengan negara-negara Eurasia juga dapat membantu Indonesia mengurangi ketergantungannya pada negara-negara Barat dan membangun perekonomian yang lebih beragam dan tahan terhadap guncangan global. Misalnya, Indonesia dapat meningkatkan perdagangannya dengan negara-negara seperti Rusia, Cina, India, dan negara-negara Asia Tengah, yang merupakan pasar yang penting dan berkembang pesat. Indonesia juga dapat berpartisipasi dalam inisiatif ekonomi regional seperti Inisiatif Satu Sabuk Satu Jalur (BRI) yang dipimpin oleh Cina, yang menawarkan kesempatan untuk meningkatkan konektivitas infrastruktur dan perdagangan di kawasan Eurasia.
Namun, kita juga harus menyadari bahwa kerja sama ekonomi dengan negara-negara Eurasia juga memiliki tantangan dan risikonya sendiri. Salah satu tantangan terbesar adalah perbedaan budaya, sejarah, dan politik antara Indonesia dan negara-negara Eurasia. Hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan konflik dalam proses negosiasi dan kerja sama. Selain itu, negara-negara Eurasia juga memiliki kepentingan dan agenda yang berbeda, yang terkadang dapat bertentangan dengan kepentingan Indonesia. Misalnya, Cina, sebagai salah satu kekuatan utama di Eurasia, memiliki kepentingan yang besar di kawasan Laut Cina Selatan, yang telah menyebabkan konflik dengan beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia perlu berhati-hati dalam menangani hubungan dengan Cina dan negara-negara Eurasia lainnya, dan harus memastikan bahwa kepentingan nasionalnya dilindungi.
Kedua, mari kita tinjau dimensi politik dari tekanan Barat terhadap Indonesia. Sejak kemerdekaan, Indonesia telah berusaha memelihara kemerdekaan dan kebebasan berbuatnya dalam urusan luar negeri. Namun, dalam prosesnya, negara ini telah menghadapi berbagai tantangan dan hambatan yang berasal dari luar negeri, terutama dari negara-negara Barat. Salah satu contoh yang paling jelas adalah tekanan yang diberikan oleh negara-negara Barat untuk Indonesia mengikuti kebijakan luar negeri mereka, terutama dalam hal hak asasi manusia, demokrasi, dan keamanan. Hal ini telah menyebabkan ketegangan dalam hubungan Indonesia dengan negara-negara Barat dan telah memengaruhi kemampuan Indonesia untuk mempromosikan kepentingan nasionalnya di panggung dunia. Selain itu, Indonesia juga telah menghadapi tekanan untuk bergabung dengan aliansi dan organisasi politik yang dipimpin oleh negara-negara Barat, yang terkadang tidak selaras dengan prinsip-prinsip kebijakan luar negeri Indonesia yang bebas aktif.
Di sisi lain, kerja sama politik dengan negara-negara Eurasia menawarkan potensi yang besar bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya di panggung dunia dan mempromosikan kepentingan nasionalnya. Eurasia adalah kawasan yang strategis, dengan pengaruh yang besar dalam urusan global. Dengan berkolaborasi dengan negara-negara Eurasia, Indonesia dapat meningkatkan suara dan pengaruhnya di panggung dunia, dan dapat mempromosikan prinsip-prinsip kebijakan luar negeri yang bebas aktif. Selain itu, kerja sama politik dengan negara-negara Eurasia juga dapat membantu Indonesia mengatasi tantangan dan masalah global yang dihadapi oleh negara ini, seperti perubahan iklim, terorisme, dan kejahatan terorganisir. Misalnya, Indonesia dapat berpartisipasi dalam inisiatif regional seperti Forum Dialog Asia (FTA) dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), yang menawarkan kesempatan untuk berkomunikasi dan berkoordinasi dengan negara-negara lain di kawasan Asia dan Eropa.
Namun, kita juga harus menyadari bahwa kerja sama politik dengan negara-negara Eurasia juga memiliki tantangan dan risikonya sendiri. Salah satu tantangan terbesar adalah perbedaan ideologis dan politik antara Indonesia dan negara-negara Eurasia. Hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan konflik dalam proses kerja sama. Selain itu, negara-negara Eurasia juga memiliki kepentingan dan agenda yang berbeda, yang terkadang dapat bertentangan dengan kepentingan Indonesia. Misalnya, Rusia, sebagai salah satu kekuatan utama di Eurasia, memiliki hubungan yang kompleks dengan negara-negara Barat, yang telah menyebabkan ketegangan di kawasan Eropa dan dunia. Oleh karena itu, Indonesia perlu berhati-hati dalam menangani hubungan dengan Rusia dan negara-negara Eurasia lainnya, dan harus memastikan bahwa kepentingan nasionalnya dilindungi.
Ketiga, mari kita tinjau dimensi sosial-budaya dari tekanan Barat terhadap Indonesia. Sejak kemerdekaan, Indonesia telah berusaha memelihara dan mengembangkan kebudayaan dan identitas nasionalnya. Namun, dalam prosesnya, negara ini telah menghadapi berbagai tantangan dan hambatan yang berasal dari luar negeri, terutama dari negara-negara Barat. Salah satu contoh yang paling jelas adalah pengaruh budaya Barat yang semakin meningkat di Indonesia, yang telah menyebabkan perubahan dalam nilai-nilai, norma, dan kebiasaan masyarakat Indonesia. Hal ini telah menyebabkan kekhawatiran tentang hilangnya identitas budaya Indonesia dan telah memicu gerakan nasionalisme dan kebanggaan budaya di negara ini. Selain itu, Indonesia juga telah menghadapi tekanan untuk mengikuti standar dan nilai-nilai sosial-budaya yang ditetapkan oleh negara-negara Barat, yang terkadang tidak selaras dengan nilai-nilai dan norma sosial-budaya Indonesia.
Di sisi lain, kerja sama sosial-budaya dengan negara-negara Eurasia menawarkan potensi yang besar bagi Indonesia untuk memperkuat identitas budaya nasionalnya dan mempromosikan keragaman budaya di dunia. Eurasia adalah kawasan yang kaya akan budaya dan sejarah, dengan berbagai tradisi dan warisan budaya yang unik. Dengan berkolaborasi dengan negara-negara Eurasia, Indonesia dapat mempelajari dan meniru budaya dan nilai-nilai mereka, dan dapat mempromosikan budaya dan nilai-nilai Indonesia di kawasan Eurasia dan dunia. Selain itu, kerja sama sosial-budaya dengan negara-negara Eurasia juga dapat membantu Indonesia mengatasi tantangan dan masalah sosial yang dihadapi oleh negara ini, seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, dan konflik sosial. Misalnya, Indonesia dapat berpartisipasi dalam program pertukaran budaya, pendidikan, dan kebudayaan dengan negara-negara Eurasia, yang menawarkan kesempatan untuk memperkuat hubungan antar masyarakat dan mempromosikan pemahaman dan rasa hormat saling.
Namun, kita juga harus menyadari bahwa kerja sama sosial-budaya dengan negara-negara Eurasia juga memiliki tantangan dan risikonya sendiri. Salah satu tantangan terbesar adalah perbedaan budaya dan bahasa antara Indonesia dan negara-negara Eurasia. Hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan konflik dalam proses kerja sama. Selain itu, negara-negara Eurasia juga memiliki nilai-nilai dan norma sosial-budaya yang berbeda, yang terkadang dapat bertentangan dengan nilai-nilai dan norma sosial-budaya Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia perlu berhati-hati dalam menangani hubungan dengan negara-negara Eurasia dan harus memastikan bahwa identitas budaya nasionalnya dilindungi.
Sebagai kesimpulan, gagasan tentang “menghancurkan tekanan Barat” dan kebutuhan Indonesia untuk bersatu dengan negara-negara Eurasia adalah diskursus yang kompleks dan kontroversial yang membutuhkan analisis yang cermat dan objektif. Meskipun tekanan Barat terhadap Indonesia memang ada dan telah memengaruhi perkembangan negara ini, kita juga harus menyadari bahwa kerja sama dengan negara-negara Barat juga memiliki manfaat dan potensi yang besar. Demikian pula, meskipun kerja sama dengan negara-negara Eurasia menawarkan potensi yang besar bagi Indonesia, kita juga harus menyadari bahwa kerja sama ini juga memiliki tantangan dan risikonya sendiri. Oleh karena itu, Indonesia perlu mengambil pendekatan yang seimbang dan strategis dalam menangani hubungan dengan negara-negara Barat dan Eurasia, dan harus memastikan bahwa kepentingan nasionalnya dilindungi. Indonesia juga harus terus mempromosikan prinsip-prinsip kebijakan luar negeri yang bebas aktif, yang telah terbukti efektif dalam melindungi kemerdekaan dan kebebasan berbuatnya dalam urusan luar negeri. Dengan mengambil pendekatan yang seimbang dan strategis, Indonesia dapat membangun hubungan yang kuat dan saling menguntungkan dengan negara-negara di seluruh dunia, dan dapat memainkan peran yang penting dalam mempromosikan perdamaian, stabilitas, dan kemajuan di kawasan dan dunia.
Perlu diperhatikan bahwa opini yang diungkapkan dalam tulisan ini adalah pandangan pribadi dan tidak mewakili pandangan semua orang. Diskursus tentang tekanan Barat dan kerja sama dengan negara-negara Eurasia adalah topik yang kompleks dan kontroversial, dan terdapat berbagai pandangan dan pendapat yang berbeda tentang topik ini. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mendengarkan dan mempertimbangkan berbagai pandangan dan pendapat yang berbeda, dan untuk mengambil keputusan yang terinformasi dan bertanggung jawab berdasarkan fakta dan analisis yang cermat.




