![]()

Detiknews.tv – Palembang | Peta olahraga bela diri di Indonesia kembali bertambah warna. Savate, bela diri modern asal Prancis yang mengkombinasikan teknik tendangan, tinju, dan filosofi sportivitas Eropa, mulai diperkenalkan kepada masyarakat Kota Palembang.
Pengenalan Savate ini sekaligus menghadirkan Canne de Combat, salah satu cabangnya yang menggunakan tongkat sebagai alat utama pertarungan. Kegiatan pengenalan tersebut digelar di D’Fortuna Studio, Jalan Brigjen Hasan Kasim, Palembang, Sabtu (20/12/2025).
Berbeda dengan bela diri yang selama ini populer di Indonesia, Savate dikenal sebagai olahraga bela diri modern yang memiliki aturan ketat, perlengkapan keselamatan standar, serta nilai estetika gerakan yang kuat. Savate sendiri telah berkembang sejak abad ke-19 di Prancis dan kini dipertandingkan secara internasional.
Coach Savate dan Canne de Combat, Abdul Hamid Budiono, mengatakan bahwa Palembang menjadi salah satu kota awal di Sumatera Selatan yang mulai diperkenalkan dengan cabang olahraga ini.
“Untuk sekarang masih tahap pengenalan. Savate itu induknya, sedangkan Canne de Combat merupakan salah satu cabangnya. Setelah masyarakat mulai mengenal, baru kita kembangkan ke klub-klub,” ujar Budiono.
Ia menjelaskan, Canne de Combat memiliki karakter unik karena terinspirasi dari olahraga anggar, namun menggunakan tongkat sebagai alat utama. Pola gerakan dan strategi menekankan kelincahan, ketepatan, serta kontrol, bukan sekadar kekuatan fisik.
“Gerakannya mirip fencing, tapi dengan tongkat. Ini bukan soal memukul keras, melainkan teknik, kecepatan, dan perhitungan,” jelasnya.
Menurut Budiono, minat terhadap Savate dan Canne de Combat di Palembang mulai tumbuh. Sejumlah komunitas sudah tercatat dan menunjukkan ketertarikan untuk berlatih secara rutin.
Ke depan, pengembangan Savate tidak hanya berhenti pada komunitas, tetapi diarahkan menuju pembentukan klub resmi serta penyelenggaraan event internal hingga tingkat kota. Langkah ini dinilai penting untuk memperkenalkan Savate sebagai alternatif olahraga bela diri modern yang aman dan terstruktur.
Namun, ia mengakui pengembangan Savate di daerah masih menghadapi tantangan, terutama keterbatasan tempat latihan yang sesuai serta perlengkapan standar keselamatan.
“Tempat latihan dan peralatan seperti body protector masih menjadi kendala. Untuk awal, kami akan memodifikasi peralatan yang tersedia,” ungkapnya.
Meski demikian, Budiono optimistis Savate memiliki potensi besar berkembang di Palembang dan Sumatera Selatan, bahkan masuk ke lingkungan pendidikan.
“Harapannya, Savate bisa berkembang di klub-klub dan suatu saat dikenalkan ke sekolah-sekolah, khususnya tingkat SMP dan SMA, sebagai olahraga bela diri yang aman dan mendidik,” pungkasnya.
Dengan masuknya Savate, Palembang berpeluang menjadi salah satu daerah pionir pengembangan bela diri modern Eropa di Indonesia, sekaligus memperkaya pilihan olahraga prestasi dan rekreasi bagi generasi muda. (Yulia).




