Dilema Geopolitik dan Masa Depan Sepak Bola Global: Analisis Potensi Piala Dunia Tandingan Rusia 2026

Loading

Opini: Daeng Supri Yanto SH MH

Pengamat sepakbola Indonesia

Wacana tentang Rusia yang berpotensi menggelar Piala Dunia 2026 tandingan, di tengah penyelenggaraan resmi di Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada, menghadirkan sebuah paradoks kompleks dalam lanskap sepak bola internasional. Langkah ini, jika terealisasi, bukan sekadar respons terhadap sanksi dan isolasi yang dijatuhkan kepada Rusia akibat konflik geopolitik, tetapi juga sebuah pernyataan sikap yang mendalam tentang tatanan dunia yang sedang berubah.

Dari perspektif geopolitik, inisiatif ini dapat dilihat sebagai upaya Rusia untuk menegaskan kembali pengaruhnya di panggung global. Dengan mengundang negara-negara yang memiliki hubungan baik atau netral terhadap Rusia, turnamen ini berpotensi menjadi platform untuk memperkuat aliansi dan menunjukkan bahwa Rusia tidak sepenuhnya terisolasi. Namun, langkah ini juga berisiko memperdalam perpecahan dalam komunitas sepak bola internasional dan menciptakan preseden yang berbahaya, di mana kepentingan politik dapat mengesampingkan prinsip-prinsip sportivitas dan persatuan.

Dari sudut pandang olahraga, kualitas dan daya tarik turnamen tandingan ini akan sangat bergantung pada partisipasi negara-negara yang diundang. Daftar negara seperti Serbia, Yunani, Cile, Peru, Venezuela, Nigeria, Kamerun, China, dan Armenia menunjukkan fokus pada negara-negara yang mungkin merasa kurang diperhatikan oleh FIFA atau memiliki alasan politik atau ekonomi untuk berpartisipasi. Namun, tanpa kehadiran tim-tim papan atas dunia, turnamen ini mungkin akan kesulitan menarik perhatian global dan menghasilkan pendapatan yang signifikan.

Tidak diundangnya Timnas Indonesia, meskipun memiliki peringkat FIFA yang lebih rendah dari beberapa negara yang diundang, juga menimbulkan pertanyaan. Apakah ini merupakan keputusan yang murni berdasarkan pertimbangan sepak bola, atau ada faktor-faktor lain yang berperan? Bagaimanapun, hal ini menunjukkan bahwa Rusia memiliki kriteria seleksi yang unik dan mungkin tidak sepenuhnya transparan.

Secara keseluruhan, potensi Piala Dunia tandingan Rusia 2026 adalah isu yang kompleks dan multidimensional. Ini bukan hanya tentang sepak bola, tetapi juga tentang politik, ekonomi, dan masa depan tatanan dunia. Jika terealisasi, turnamen ini akan menjadi ujian bagi integritas dan persatuan komunitas sepak bola internasional, serta barometer bagi perubahan yang lebih luas dalam lanskap geopolitik global.

Daeng Supriyanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

KUHAP Baru dan Erosi Independensi Penyidikan: Sebuah Analisis Kritis terhadap Kewenangan Penyidik Polri

Sab Nov 22 , 2025
Opini:  Daeng Supri Yanto SH MH Ketua Perhimpunan Propesi Pengacara Indonesia (Propindo) Sumsel RUU KUHAP yang baru disahkan menghadirkan serangkaian perubahan signifikan dalam sistem peradilan pidana Indonesia. Salah satu poin yang paling kontroversial adalah pasal yang mengatur kewenangan penyidik Polri, khususnya terkait koordinasi dan perintah terhadap Penyidik Pegawai Negeri Sipil […]

Kategori Berita

BOX REDAKSI